Siapakah perawan Vestal dan apa saja tugasnya? - Peta Greenfield

Lihat pelajaran selengkapnya: http://ed.ted.com/lessons/who-were-the-vestal-virgins-and-what-was-their-job-peta-greenfield

Di zaman Romawi kuno, para Perawan Vestal ditugaskan untuk mengawasi bara api Vesta, dewi kesucian di bumi. Bara api tersebut menyimbolkan dua hal: Kelanjutan Roma sebagai penguasa di dunia dan kesucian, keperawanan para pendeta Vestal. Namun, hidup seperti apa yang mereka jalani? Peta Greenfield mengajak kita kembali ke masa lalu untuk mendapat jawabannya.

Konten pelajaran oleh Peta Greenfield, animasi oleh Kozmonot Animation Studio

Seorang pendeta wanita berjalan
menuju ruang bawah tanah.

Orang-orang berkumpul menyaksikannya,
menyatakan diri bahwa ia tak bersalah

Percuma saja,

Dia sudah dihakimi dan dianggap bersalah.

Lalu, apa hukumannya?

Dikubur dalam keadaan hidup.

Di ruang bawah tanah, terdapat
seporsi roti, air, susu dan minyak.

Lampu, tempat tidur, dan selimut
disediakan untuknya.

Sayangnya, ia tak akan bertahan hidup.

Di ambang pintu, pendeta itu terdiam.

Sekali lagi, ia menyatakan
bahwa dirinya tak bersalah.

Kemudian, ia masuk ke ruangan itu.
Tak akan lagi dilihat siapapun di Roma.

Pendeta itu adalah bagian dari
Enam Perawan Vestal,

yang diseleksi ketat dari kalangan
anak-anak bangsawan Romawi.

Dengan kematian gadis itu,
hanya lima orang yang tersisa.

Pendeta wanita yang baru harus dipilih.

Licinia yang berusia 6 tahun,
turut menyaksikan kejadian itu.

Ia tidak menyangka akan terpilih sebagai
Perawan Vestal setelah itu.

Usianya, garis keturunan Ayahnya,

dan kondisi kesehatannya yang baik

menjadikannya sebagai kandidat terkuat
di mata warga kota Roma.

Orangtuanya amat bangga atas
terpilihnya anaknya.

Licinia khawatir, namun ia
tak punya pilihan lain.

Dia harus melayani sang dewi, minimal
selama 30 tahun ke depan.

Dalam 10 tahun pertama pelayanan Licinia,

Dia berada di bawah pelatihan untuk
menjadi Perawan Vestal yang baik.

Tugas terpentingnya ialah menjaga
nyala api Vesta,

Sang Dewi Keperawanan di Bumi.

Vesta tak mempunyai patung seperti
dewa-dewi Roma lainnya.

Ia disimbolkan dengan nyala api yang
membara siang dan malam di kuilnya,

Yang terletak di samping Forum,
di tengah kota.

Seperti pendeta Vestal lainnya, Licinia
menghabiskan sebagian waktunya

mengawasi dan menjaga nyala api tersebut.

Bara api itu menyimbolkan dua hal.

Pertama, kelanjutan nasib Roma sebagai
penguasa di dunia.

Orang-orang Roma percaya bahwa jika api
itu padam, Roma berada dalam bahaya.

Api tersebut juga menyimbolkan kesucian
Perawan Vestal.

Bagi orang Roma, kesucian Perawan Vestal
tidak hanya menyimbolkan kesucian

atau kesederhanaan jiwa dan tubuhnya,

tetapi juga kesucian ritualnya.

Licinia tahu bahwa ia tak boleh
membiarkan api tersebut padam.

Hidupnya

dan hidup para Perawan Vestal lainnya

dan keamanan Roma tergantung pada
nyala api itu.

Licinia mengambil air di
sumber air mancur setiap hari

untuk membersihkan kuilnya.

Ia mempelajari Fasti,
kalender ritual suci.

Ia juga mengamati pendeta senior
melakukan pengurbanan.

Licinia berhasil menyelesaikan
pelatihannya.

Kini, ia berusia 16 tahun.

Licinia mengerti bahwa dia harus
berperilaku

dengan mencerminkan dewi
yang ia puja.

Ketika ia mengambil air, ia tetap menunduk
melihat ke bawah.

Saat ia melakukan pengurbanan, ia
bersungguh-sungguh menjalankannya.

Licinia berusaha sebaik mungkin untuk
menjadi pendeta yang terbaik.

Ia khawatir suatu hari negaranya akan
mengambil hidupnya dengan tujuan tertentu,

yakni melindungi negara dari bahaya.

Licinia bisa dituduh melakukan incestum,
atau menodai kesuciannya,

kapan saja dan dijadikan kurban, tanpa
peduli ia bersalah atau tidak bersalah.

Kini, Licinia tahu mengapa pendeta
sebelumnya dikubur hidup-hidup.

10 tahun yang lalu, bara Api Vesta
tiba-tiba padam.

Para pendeta sadar mereka tak bisa
menyembunyikan ini,

Karena masa depan Roma bergantung pada
hal ini

Mereka datang pada kepala pendeta,
lalu melakukan investigasi

untuk mencari tahu mengapa api tersebut
padam.

Seseorang datang dan menyatakan
bahwa salah satu dari mereka

melanggar kesuciannya.

Itulah awal dari akhir segalanya.

Sang tertuduh menyatakan diri
tak bersalah, namun sia-sia.

Ia telah diadili dan dinyatakan bersalah.

Tujuan kematiannya ialah untuk
menyelamatkan kota Roma.

Namun Licinia berduka akan apa
yang hilang dan yang ia ketahui.

Jalan hidupnya ditentukan dari
kematian seseorang.

dan hidupnya pun bisa semudah itu
direnggut,

hanya dengan alasan sesederhana
padamnya bara api.