Return to Video

Adik saya terbunuh karena fobia Islam. Mari hentikan kebencian ini.

  • 0:01 - 0:03
    Tahun lalu,
  • 0:03 - 0:05
    tiga anggota keluarga saya
    dibunuh secara brutal
  • 0:05 - 0:07
    dalam kejahatan berbasis SARA.
  • 0:08 - 0:10
    Sangat berat bagi saya
  • 0:10 - 0:12
    untuk berdiri di atas panggung ini,
  • 0:12 - 0:14
    namun demi adik saya Deah,
  • 0:14 - 0:15
    istrinya Yusor,
  • 0:15 - 0:17
    dan adiknya Razan
  • 0:17 - 0:19
    saya tidak punya pilihan lain.
  • 0:19 - 0:23
    Saya berharap setelah ini
    Anda dapat membuat sebuah pilihan,
  • 0:23 - 0:25
    dan bergabung bersama saya
    melawan kebencian.
  • 0:27 - 0:30
    Tanggal 27 Desember 2014:
  • 0:30 - 0:32
    Pagi hari pernikahan adik saya.
  • 0:32 - 0:34
    Ia meminta saya untuk menyisir rambutnya
  • 0:34 - 0:36
    untuk persiapan mengambil foto pernikahan.
  • 0:36 - 0:42
    Pemuda berusia 23 tahun, tinggi 1,9 meter,
    penggemar berat Steph Curry --
  • 0:42 - 0:45
    (Tertawa)
  • 0:45 - 0:49
    Seorang calon dokter gigi Amerika
    yang siap mengabdi pada dunia.
  • 0:50 - 0:52
    Saat Deah dan Yusor berdansa
    untuk pertama kalinya,
  • 0:52 - 0:54
    saya melihat cinta
    terpancar dari matanya,
  • 0:54 - 0:56
    kebahagiaan Yusor,
  • 0:56 - 0:59
    saya merasakan kebahagiaan
    yang tidak terkira ketika itu.
  • 0:59 - 1:02
    Saya berjalan ke belakang aula,
    menangis terharu.
  • 1:02 - 1:04
    Saat lagu kedua selesai diputar,
  • 1:04 - 1:06
    Deah menghampiri saya,
  • 1:06 - 1:07
    lalu memeluk
  • 1:07 - 1:08
    dan mengayun-ayun saya.
  • 1:09 - 1:10
    Bahkan pada saat itu,
  • 1:10 - 1:12
    di tengah hiruk pikuk suasana,
  • 1:12 - 1:13
    Deah memperhatikan saya.
  • 1:13 - 1:16
    Ia memegang wajah saya dan berkata,
  • 1:16 - 1:17
    "Suzanne,
  • 1:17 - 1:20
    aku bisa menjadi
    diriku yang sekarang karenamu.
  • 1:23 - 1:25
    Terima kasih untuk segalanya.
  • 1:25 - 1:27
    Aku sayang padamu."
  • 1:27 - 1:30
    Sebulan kemudian, saya berkunjung
    sebentar ke North Carolina,
  • 1:30 - 1:33
    dan pada malam terakhir di rumah,
    saya naik ke atas, ke kamar Deah,
  • 1:33 - 1:36
    penasaran ingin tahu perasaannya
    sebagai pengantin baru.
  • 1:37 - 1:39
    Sambil tersenyum lebar Deah berkata,
  • 1:39 - 1:44
    "Aku sangat bahagia. Aku mencintainya.
    Dia gadis luar biasa."
  • 1:44 - 1:45
    Saya setuju dengannya.
  • 1:45 - 1:47
    Di usianya yang masih 21 tahun,
    Yusor diterima
  • 1:47 - 1:50
    di jurusan yang sama dengan Deah:
    Kedokteran Gigi di UNC.
  • 1:50 - 1:54
    Dia juga menyukai permainan basket,
    dan bahkan meminta Deah
  • 1:54 - 1:58
    untuk mengawali bulan madu mereka
    dengan menonton tim NBA favorit mereka
  • 1:58 - 1:59
    LA Lakers.
  • 1:59 - 2:01
    Coba lihat saja gayanya.
  • 2:01 - 2:05
    (Tertawa)
  • 2:07 - 2:10
    Saya tidak akan pernah melupakan
    momen ketika saya duduk dengan Deah,
  • 2:10 - 2:13
    menyaksikan betapa dia sungguh bahagia.
  • 2:13 - 2:16
    Adik saya, si penggemar berat basket,
  • 2:16 - 2:19
    sekarang sudah menjadi
    pria muda yang hebat.
  • 2:19 - 2:22
    Nomor satu di kelasnya,
  • 2:22 - 2:24
    dan bersama Yusor dan Razan,
  • 2:24 - 2:28
    dia aktif dalam berbagai kegiatan sosial
    baik lokal maupun internasional.
  • 2:28 - 2:30
    yang ditujukan untuk tuna wisma
    dan pengungsi,
  • 2:30 - 2:33
    termasuk bakti sosial kedokteran gigi
    yang mereka rencakan
  • 2:33 - 2:35
    untuk pengungsi Suriah di Turki.
  • 2:35 - 2:37
    Razan yang masih berusia 19 tahun,
  • 2:37 - 2:40
    memanfaatkan keahliannya
    di bidang arsitektur
  • 2:40 - 2:42
    untuk membantu di lingkungannya,
  • 2:42 - 2:46
    antara lain dengan mendesain
    paket bantuan untuk tuna wisma.
  • 2:46 - 2:48
    Begitulah mereka.
  • 2:49 - 2:50
    Malam itu,
  • 2:50 - 2:53
    saya menarik napas panjang,
    menatap Deah dan berkata,
  • 2:53 - 2:57
    "Aku sangat bangga padamu."
  • 2:57 - 2:59
    Deah memeluk saya,
  • 2:59 - 3:01
    dan mengucapkan selamat tidur,
  • 3:01 - 3:03
    dan keesokan harinya saya pergi
    tanpa membangunkannya
  • 3:03 - 3:05
    untuk kembali ke San Francisco.
  • 3:05 - 3:09
    Ternyata itu adalah kali terakhir
    saya memeluknya.
  • 3:11 - 3:14
    Sepuluh hari kemudian, saya sedang bekerja
    di RS Umum San Francisco
  • 3:14 - 3:17
    ketika saya menerima banyak sekali
    SMS aneh berisi ucapan belasungkawa.
  • 3:17 - 3:19
    Saya bingung, lalu saya
    menelepon Ayah saya,
  • 3:19 - 3:21
    yang dengan tenang berkata,
  • 3:21 - 3:23
    "Ada penembakan di perumahan
    Deah di Chapel Hill.
  • 3:23 - 3:26
    Sekarang masih dibarikade.
    Hanya itu yang kita tahu."
  • 3:26 - 3:29
    Seusai menelpon, saya langsung
    meng-google "Penembakan di Chapel Hill."
  • 3:29 - 3:31
    Sebuah artikel muncul.
  • 3:31 - 3:32
    Di situ tertulis:
  • 3:32 - 3:35
    "Tiga orang tertembak di belakang kepala
  • 3:35 - 3:37
    dan dipastikan meninggal seketika di TKP."
  • 3:37 - 3:39
    Saat itu juga saya tahu.
  • 3:39 - 3:42
    Saya jatuh terjerembab
    ke lantai rumah sakit,
  • 3:42 - 3:43
    menangis meraung-raung.
  • 3:43 - 3:46
    Saya naik penerbangan pertama
    dari San Franciso,
  • 3:46 - 3:48
    lemas dan kehilangan fokus.
  • 3:48 - 3:51
    Saya berjalan ke dalam rumah dan
    jatuh ke pelukan kedua orang tua saya,
  • 3:51 - 3:52
    terisak-isak.
  • 3:52 - 3:55
    Saya lalu berlari ke kamar Deah
    seperti biasanya,
  • 3:55 - 3:57
    mencoba menemukan sosoknya,
  • 3:57 - 4:01
    dan hanya menemukan kekosongan
    yang takkan pernah tergantikan.
  • 4:04 - 4:06
    Hasil investigasi dan laporan otopsi
  • 4:06 - 4:09
    menjabarkan kronologi kejadian hari itu.
  • 4:10 - 4:12
    Deah baru saja turun bus dari kampus,
  • 4:12 - 4:15
    sementara Razan sedang berkunjung
    untuk makan malam
  • 4:15 - 4:16
    bersama Yusor di rumah.
  • 4:17 - 4:20
    Saat santap malam dimulai,
    terdengar suara pintu diketuk.
  • 4:20 - 4:22
    Ketika Deah membuka pintu,
  • 4:22 - 4:25
    seorang tetangga pria langsung
    menembak membabi buta ke arahnya.
  • 4:27 - 4:29
    Berdasarkan rekaman telepon 911,
  • 4:29 - 4:31
    Razan dan Yusor terdengar berteriak.
  • 4:31 - 4:35
    Penembak berjalan ke arah dapur
    dan menembak Yusor di panggul,
  • 4:35 - 4:36
    membuatnya tak dapat bergerak.
  • 4:36 - 4:38
    Dari belakang ia mendekati Yusor
  • 4:38 - 4:40
    menempelkan senjatanya ke kepala Yusor,
  • 4:40 - 4:43
    dan dengan satu peluru,
    menembus otak Yusor.
  • 4:44 - 4:48
    Ia lalu berjalan ke arah Razan,
    yang berteriak minta ampun,
  • 4:48 - 4:50
    dan layaknya mengeksekusi mati,
    menembakkan satu peluru
  • 4:52 - 4:54
    ke bagian belakang kepala,
  • 4:54 - 4:55
    menembak mati Razan.
  • 4:55 - 4:57
    Sambil berjalan keluar,
  • 4:57 - 4:58
    ia menembak Deah sekali lagi,
  • 4:58 - 5:00
    dengan sebuah peluru di mulut.
  • 5:00 - 5:02
    Total ada 8 peluru:
  • 5:02 - 5:04
    2 di kepala
  • 5:04 - 5:05
    2 di dada
  • 5:05 - 5:07
    dan sisanya di kaki dan tangannya.
  • 5:10 - 5:12
    Deah, Yusor, dan Razan dibunuh
  • 5:12 - 5:14
    di tempat yang harusnya aman:
  • 5:14 - 5:16
    rumah mereka sendiri.
  • 5:16 - 5:19
    Sudah berbulan-bulan
    pria ini mengganggu mereka:
  • 5:19 - 5:20
    mengetuk pintu rumah,
  • 5:20 - 5:23
    mengacungkan pistolnya beberapa kali.
  • 5:23 - 5:26
    Akun Facebooknya penuh dengan
    posting berbau anti agama.
  • 5:26 - 5:29
    Yusor benar-benar
    merasa terganggu oleh pria ini.
  • 5:30 - 5:32
    Ketika Yusor pindah ke situ,
  • 5:33 - 5:37
    pria ini mengungkapkan ketidaksukaannya
    akan penampilan Yusor dan ibunya.
  • 5:37 - 5:40
    Tapi ibu Yusor meminta Yusor
    untuk tetap ramah pada pria itu,
  • 5:40 - 5:41
    karena lama-kelamaan,
  • 5:41 - 5:44
    pria tersebut akan mengenal
    mereka lebih baik.
  • 5:46 - 5:48
    Mungkin kita sudah mati rasa
    akan kebencian,
  • 5:48 - 5:52
    hingga kita tidak menyangka kebencian bisa
    berubah menjadi kekerasan yang mematikan.
  • 5:54 - 5:56
    Pria itu menyerahkan diri ke polisi
  • 5:56 - 5:59
    tak lama setelah pembunuhan itu,
  • 5:59 - 6:01
    ia mengaku telah membunuh tiga orang,
  • 6:01 - 6:02
    dengan cara eksekusi mati,
  • 6:02 - 6:04
    karena permasalahan parkir.
  • 6:05 - 6:08
    Pagi itu polisi mengeluarkan
    pernyataan prematur,
  • 6:08 - 6:10
    yang isinya sama dengan
    pengakuan pria itu,
  • 6:10 - 6:13
    tanpa interogasi atapun
    pemeriksaan lebih lanjut.
  • 6:13 - 6:16
    Padahal ternyata tidak ada
    permasalahan parkir.
  • 6:16 - 6:17
    Tidak ada pelanggaran.
  • 6:17 - 6:19
    Tidak ada kekerasan.
  • 6:19 - 6:21
    Tapi sudah terlambat.
  • 6:21 - 6:24
    Dalam waktu 24 jam,
    kasus ini sudah dilaporkan
  • 6:24 - 6:27
    oleh media sebagai "permasalahan parkir."
  • 6:30 - 6:33
    Saya duduk di tempat tidur Deah
    dan teringat kata-katanya,
  • 6:33 - 6:36
    kata-kata yang terlontar begitu saja
    dengan penuh kasih sayang,
  • 6:36 - 6:39
    "Aku bisa menjadi
    diriku yang sekarang karenamu."
  • 6:39 - 6:42
    Itulah yang memberi saya kekuatan
    untuk bangkit dari kesedihan
  • 6:42 - 6:43
    dan berbicara.
  • 6:43 - 6:46
    Saya tidak akan membiarkan berita
    kematian keluarga saya dikecilkan
  • 6:46 - 6:49
    ke segmen berita yang bahkan
    tidak dibahas oleh media lokal.
  • 6:49 - 6:52
    Mereka dibunuh oleh tetangga mereka
    karena agama mereka,
  • 6:52 - 6:56
    karena selembar kain yang
    mereka kenakan di atas kepala,
  • 6:56 - 6:58
    karena mereka jelas-jelas
    tampak sebagai Muslim.
  • 7:01 - 7:04
    Di antaranya yang membuat saya
    begitu marah ketika itu
  • 7:04 - 7:06
    adalah seandainya
    kami bertukar tempat,
  • 7:06 - 7:09
    seandainya seorang Arab, Muslim,
    atau orang yang tampak seperti Muslim
  • 7:09 - 7:14
    membunuh tiga mahasiswa kulit putih
    Amerika dengan brutal,
  • 7:14 - 7:15
    di rumah mereka sendiri,
  • 7:15 - 7:17
    kita sebut apa?
  • 7:18 - 7:19
    Serangan teroris.
  • 7:20 - 7:23
    Tapi saat orang kulit putih
    melakukan kekerasan di Amerika,
  • 7:23 - 7:25
    mereka bekerja sendiri,
  • 7:25 - 7:26
    sakit jiwa,
  • 7:26 - 7:29
    atau lepas kendali karena
    permasalahan parkir.
  • 7:31 - 7:34
    Saya tahu saya harus berbicara
    untuk keluarga saya,
  • 7:34 - 7:36
    saya melakukan cara satu-satunya
    yang saya tahu:
  • 7:36 - 7:39
    saya mengirim pesan Facebook
    ke semua orang yang saya kenal
  • 7:39 - 7:41
    dan bekerja di media massa.
  • 7:41 - 7:43
    Beberapa jam kemudian,
  • 7:43 - 7:46
    ketika rumah kami ramai
    didatangi saudara dan teman,
  • 7:46 - 7:50
    tetangga kami Neal menghampiri
    orang tua saya dan duduk di sebelah mereka
  • 7:50 - 7:52
    dan bertanya,
    "Apa yang bisa saya bantu?"
  • 7:53 - 7:57
    Neal adalah jurnalis dengan
    pengalaman lebih dari 20 tahun,
  • 7:57 - 8:00
    namun ia tidak bertanya dalam
    kapasitasnya sebagai wartawan,
  • 8:00 - 8:02
    melainkan sebagai tetangga
    yang ingin menolong.
  • 8:02 - 8:04
    Saya meminta pendapatnya
  • 8:04 - 8:07
    mengenai banyaknya permintaan
    wawancara dari media lokal.
  • 8:07 - 8:10
    Ia menawarkan diri untuk
    menggelar konferensi pers
  • 8:10 - 8:12
    di gedung serbaguna setempat.
  • 8:13 - 8:16
    Saya tak tahu bagaimana saya bisa
    berterima kasih padanya.
  • 8:17 - 8:20
    "Tentukan waktunya, dan aku akan
    mengundang semua stasiun berita," katanya.
  • 8:21 - 8:24
    Neal membantu kami melakukan sesuatu
    yang tidak bisa kami lakukan sendiri
  • 8:24 - 8:25
    di saat sulit.
  • 8:26 - 8:27
    Saya memberi pernyataan pers,
  • 8:27 - 8:29
    masih memakai baju operasi
    malam sebelumnya.
  • 8:30 - 8:32
    Dan dalam 24 jam sejak pembunuhan itu,
  • 8:32 - 8:35
    saya diwawancarai oleh Anderson Cooper
    dari CNN.
  • 8:35 - 8:37
    Hari berikutnya, surat kabar ternama --
  • 8:37 - 8:40
    termasuk the New York Times,
    Chicago Tribune --
  • 8:40 - 8:42
    memberitakan tentang
    Deah, Yusor dan Razan,
  • 8:42 - 8:45
    sehingga kami dapat
    mengklarifikasi kejadian
  • 8:45 - 8:48
    dan menyoroti kebencian terhadap Muslim
    yang mulai dianggap umum.
  • 8:51 - 8:52
    Saat ini,
  • 8:53 - 8:57
    sepertinya fobia Islam telah menjadi
    bentuk fanatisme yang diterima masyarakat.
  • 8:58 - 9:00
    Orang muslim hanya dapat
    bersabar dan tersenyum.
  • 9:01 - 9:03
    Tatapan benci,
  • 9:03 - 9:05
    rasa takut yang kentara saat naik pesawat,
  • 9:05 - 9:09
    pemeriksaan acak di bandara
    yang hampir 99% terjadi.
  • 9:10 - 9:11
    Tidak hanya itu saja.
  • 9:12 - 9:16
    Ada politisi yang memanfaatkan
    situasi ini untuk kepentingannya.
  • 9:16 - 9:17
    Di Amerika,
  • 9:17 - 9:19
    kita punya capres seperti Donald Trump,
  • 9:19 - 9:22
    yang dengan santai menghimbau
    pendataan Muslim Amerika,
  • 9:22 - 9:26
    melarang imigran dan pengungsi muslim
    untuk memasuki AS.
  • 9:26 - 9:29
    Bukan kebetulan bahwa
    kejahatan SARA meningkat
  • 9:29 - 9:32
    seiring dengan siklus pemilihan umum.
  • 9:35 - 9:37
    Beberapa bulan lalu, Khalid Jabara,
  • 9:37 - 9:39
    seorang warga AS keturunan Lebanon
    beragama Kristen,
  • 9:39 - 9:42
    dibunuh di Oklahoma oleh tetangganya--
  • 9:42 - 9:45
    oleh seorang pria yang memanggilnya
    "orang Arab menjijikkan."
  • 9:45 - 9:47
    Pria ini sebelumnya dipenjara
    selama hanya 8 bulan,
  • 9:47 - 9:50
    setelah mencoba menabrak ibunda Khalid
    dengan mobilnya.
  • 9:52 - 9:54
    Mungkin Anda belum pernah mendengar
    berita tentang Khalid,
  • 9:55 - 9:57
    karena kisahnya tidak diberitakan
    di media nasional.
  • 9:57 - 10:00
    Namun paling tidak kita bisa menyebutnya
    sebagaimana mestinya:
  • 10:00 - 10:01
    kejahatan SARA.
  • 10:01 - 10:04
    Setidaknya kita bisa mendiskusikannya,
  • 10:04 - 10:08
    karena kekerasan dan kebencian
    tidak terjadi begitu saja.
  • 10:12 - 10:13
    Tak lama setelah kembali bekerja,
  • 10:13 - 10:16
    saat saya bertugas
    sebagai dokter jaga senior,
  • 10:16 - 10:18
    salah seorang pasien melirik
    ke teman sejawat saya,
  • 10:18 - 10:21
    memberi isyarat dan berkata,
    "San Bernardino,"
  • 10:21 - 10:24
    mengacu pada serangan teroris
    yang belum lama ini terjadi.
  • 10:24 - 10:28
    Padahal saya baru saja kehilangan
    3 anggota keluarga karena fobia Islam,
  • 10:28 - 10:31
    dan menjadi aktivis yang lantang
    menyuarakan bagaimana mengatasi
  • 10:31 - 10:33
    tindakan penindasan serupa,
  • 10:33 - 10:34
    meski demikian --
  • 10:34 - 10:35
    tak ada yang bersuara.
  • 10:36 - 10:37
    Saya merasa patah semangat.
  • 10:37 - 10:39
    Dipermalukan.
  • 10:39 - 10:41
    Beberapa hari kemudian, pasien yang sama
  • 10:41 - 10:43
    melihat ke arah saya dan berkata,
  • 10:43 - 10:46
    "Orang-orang sepertimu membunuh
    orang-orang di Los Angeles."
  • 10:47 - 10:49
    Saya melihat sekitar, mengharap pembelaan.
  • 10:49 - 10:51
    Lagi-lagi:
  • 10:51 - 10:52
    tak ada yang bersuara.
  • 10:53 - 10:55
    Saya menyadari bahwa lagi-lagi,
  • 10:55 - 10:56
    saya harus membela diri saya sendiri.
  • 10:58 - 11:00
    Saya duduk di tempat tidurnya
    lalu bertanya dengan ramah,
  • 11:00 - 11:04
    "Tidakkah saya selalu memperlakukan Anda
    dengan hormat dan ramah?"
  • 11:05 - 11:09
    "Tidakkah saya selalu merawat Anda
    dengan penuh perhatian?"
  • 11:09 - 11:12
    Ia menunduk, menyadari
    bahwa yang ia katakan salah,
  • 11:12 - 11:13
    dan di depan semua orang,
  • 11:13 - 11:15
    ia meminta maaf dan berkata,
  • 11:15 - 11:18
    "Saya seharusnya sadar.
    Saya orang Amerika keturunan Meksiko.
  • 11:18 - 11:20
    Dan saya selalu mendapat
    perlakuan serupa."
  • 11:23 - 11:27
    Kebanyakan kita mengalami
    penindasan setiap hari.
  • 11:27 - 11:29
    Mungkin Anda pernah mengalaminya,
  • 11:29 - 11:31
    apakah itu karena ras Anda,
  • 11:31 - 11:32
    jender,
  • 11:32 - 11:33
    orientasi seksual,
  • 11:33 - 11:35
    atau kepercayaan beragama.
  • 11:35 - 11:38
    Kita semua pernah menjadi saksi
    atas sesuatu yang salah
  • 11:38 - 11:39
    tapi diam saja.
  • 11:39 - 11:43
    Mungkin karena kita merasa tidak siap
    untuk merespon pada saat itu.
  • 11:43 - 11:46
    Mungkin karena kita tidak sadar akan
    bias kita sendiri.
  • 11:47 - 11:51
    Mungkin kita semua setuju bahwa
    sikap fanatisme tidak dapat diterima,
  • 11:51 - 11:52
    tapi ketika kita menyaksikannya,
  • 11:52 - 11:53
    kita diam saja,
  • 11:53 - 11:55
    karena ia membuat kita tak nyaman.
  • 11:56 - 11:58
    Sebetulnya, rasa tidak nyaman itu
  • 11:58 - 12:01
    mengindikasikan bahwa kita
    telah masuk zona kawan.
  • 12:01 - 12:05
    Ada lebih dari 3 juta muslim di Amerika.
  • 12:05 - 12:08
    Itu adalah 1% dari keseluruhan populasi.
  • 12:09 - 12:11
    Martin Luther King pernah berkata,
  • 12:11 - 12:12
    "Pada akhirnya,
  • 12:12 - 12:14
    bukan ucapan lawan yang kita ingat,
  • 12:15 - 12:17
    melainkan diamnya kawan kita."
  • 12:22 - 12:25
    Jadi kenapa dukungan Neal
    menjadi sangat berarti?
  • 12:25 - 12:27
    Beberapa hal.
  • 12:27 - 12:29
    Ia di sana sebagai tetangga yang peduli,
  • 12:29 - 12:33
    dan ia juga menawarkan
    keahlian dan sumber dayanya
  • 12:33 - 12:34
    pada saat dibutuhkan.
  • 12:35 - 12:37
    Ada orang-orang yang
    yang melakukan hal yang sama.
  • 12:37 - 12:38
    Larycia Hawkins,
  • 12:38 - 12:42
    seorang profesor Afrika-Amerika
    pertama di Wheaton College
  • 12:42 - 12:45
    menggunakan hijab
    sebagai bentuk solidaritas
  • 12:45 - 12:48
    dengan wanita muslim yang
    mengalami diskriminasi setiap hari.
  • 12:48 - 12:50
    Sebagai akibatnya,
    ia kehilangan pekerjaan.
  • 12:52 - 12:53
    Dalam waktu sebulan,
  • 12:53 - 12:55
    ia bergabung dengan University of Virginia
  • 12:55 - 12:59
    dimana ia sekarang bekerja di bidang
    pluralisme, ras, kepercayaan, dan budaya.
  • 13:01 - 13:03
    Co-founder Reddit, Alexis Ohanian,
  • 13:03 - 13:07
    menunjukan bahwa bentuk dukungan
    tidak melulu harus serius.
  • 13:07 - 13:10
    Ia mendukungan untuk
    seorang gadis muslim berusia 15 tahun
  • 13:10 - 13:12
    dengan membuat emoji hijab.
  • 13:12 - 13:14
    (Tertawa)
  • 13:14 - 13:16
    Bentuk dukungan yang sederhana,
  • 13:16 - 13:18
    namun dampaknya sangat besar
  • 13:18 - 13:21
    dalam menormalisasi dan memanusiakan
    orang Islam,
  • 13:21 - 13:24
    menjadikan komunitas Muslim
    sebagai bagian dari "kita"
  • 13:24 - 13:26
    dan bukan "mereka."
  • 13:27 - 13:30
    Kepala redaksi majalah Women's Running
  • 13:30 - 13:34
    menampilkan wanita berhijab pertama
    di sampul majalah kebugaran Amerika.
  • 13:35 - 13:37
    Ini adalah beberapa contoh
  • 13:37 - 13:40
    dimana orang-orang menggunakan
    posisi dan sumber daya mereka
  • 13:40 - 13:42
    di bidang akademis, teknologi, dan media
  • 13:42 - 13:44
    untuk menyatakan dukungan mereka.
  • 13:46 - 13:49
    Keahlian dan sumber daya apa
    yang Anda miliki?
  • 13:49 - 13:52
    Apa Anda bersedia keluar dari zona nyaman
  • 13:52 - 13:54
    dan angkat bicara ketika menyaksikan
    aksi fanatik?
  • 13:55 - 13:56
    Bisakah Anda seperti Neal?
  • 13:57 - 14:00
    Banyak tetangga yang muncul
    dalam kisah ini.
  • 14:00 - 14:03
    Dan dalam lingkungan Anda,
    Anda semua memiliki tetangga muslim,
  • 14:03 - 14:05
    teman sejawat,
  • 14:05 - 14:07
    atau teman sekolah anak-anak Anda.
  • 14:07 - 14:08
    Rangkul mereka.
  • 14:08 - 14:11
    Biarkan mereka tahu bahwa
    Anda ada di sisi mereka.
  • 14:11 - 14:13
    Mungkin rasanya kecil,
  • 14:13 - 14:16
    tapi percayalah, itu sangat berarti.
  • 14:17 - 14:21
    Tidak ada yang bisa mengembalikan
    Deah, Yusor, dan Razan.
  • 14:22 - 14:24
    Namun jika kita angkat bicara
    bersama-sama,
  • 14:24 - 14:26
    kita bisa menghentikan kebencian.
  • 14:26 - 14:28
    Terima kasih.
  • 14:28 - 14:34
    (Tepuk tangan)
Title:
Adik saya terbunuh karena fobia Islam. Mari hentikan kebencian ini.
Speaker:
Suzanne Barakat
Description:

Pada tanggal 10 Februari 2015, adik Suzanne Barakat yang bernama Deah, adik iparnya Yusor, serta saudara adik iparnya Razan dibunuh oleh tetangga mereka di Chapel Hill, North Carolina. Pengakuan pembunuhnya, bahwa pembunuhan terjadi karena permasalahan parkir, tidak pernah diperiksa oleh media dan polisi, hingga akhirnya Suzanne berbicara dalam sebuah konferensi pers, menyatakan bahwa pembunuhan itu adalah bentuk kejahatan berbasis SARA. Setelah ia dan keluarganya berhasil meluruskan kebenaran beritanya, Suzanne mengajak kita semua untuk angkat bicara apabila menyaksikan tindak penindasan serta menyatakan dukungan terhadap mereka yang mengalami diskriminasi.

more » « less
Video Language:
English
Team:
closed TED
Project:
TEDTalks
Duration:
14:48

Indonesian subtitles

Revisions