Jambo, bonjour, zdravstvujtye, dayo: ini adalah beberapa bahasa yang sedikit saya pakai selama enam minggu terakhir, ketika saya berkunjung ke 17 negara, dalam tur gila yang sedang saya lakukan, memeriksa berbagai aspek dari proyek yang sedang kami kerjakan. Saya akan menceritakannya sedikit pada anda nanti. Dan mengunjungi beberapa tempat yang mengagumkan, tempat seperti Mongolia, Kamboja, Nugini, Afrika Selatan, Tanzania dua kali -- Saya di sini sebulan yang lalu. Kesempatan melakukan tur keliling dunia seperti itu sungguh luar biasa, untuk banyak alasan. Anda melihat hal-hal luar biasa. Lalu anda dapat membuat perbandingan singkat antara orang-orang di seluruh dunia. Hal yang anda pelajari dari situ adalah, pelajaran kecil yang dapat anda ambil dari sana, bukan bahwa kita semua sama, meskipun nanti saya akan menjelaskan tentang itu, tapi lebih kepada betapa berbedanya kita. Ada begitu banyak perbedaan di seluruh dunia. 6.000 bahasa yang berbeda diucapkan oleh 6,5 milyar orang, semua warna, bentuk, dan ukuran yang berbeda. Anda jalan di kota besar manapun, anda berkeliling, dan anda akan terkagum-kagum oleh keragaman pada spesies manusia. Bagaimana kita menjelaskan perbedaan itu? Yah, itulah yang akan saya bicarakan hari ini, yaitu bagaimana kami menggunakan genetika sebagai alat, terutama genetika populasi, untuk mempelajari bagaimana kita menghasilkan keragaman ini, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan. Sekarang, masalah tentang keragaman manusia, seperti semua pertanyaan ilmiah lainnya -- bagaimana anda menjelaskan sesuatu seperti itu -- dapat dipecah-pecah menjadi beberapa pertanyaan kecil. Lalu anda dapat menyelidiki pertanyaan-pertanyaan kecil tersebut terlebih dahulu. Yang pertama sebenarnya adalah pertanyaan tentang asal-muasal. Apakah sebetulnya kita semua memiliki asal yang sama? Bila iya, -- itu adalah asumsi yang saya rasa akan dibuat oleh semua orang di ruangan ini -- kapan itu terjadi? Kapan mulanya kita berkembang sebagai sebuah spesies? Berapa lama kita sudah berkembang terpisah satu sama lain? Pertanyaan kedua terkait dengan pertama, tapi agak berbeda. Bila kita benar-benar berasal dari sumber yang sama, bagaimana kita bisa menghuni semua penjuru bumi, dan dalam prosesnya menghasilkan semua keragaman ini, berbagai cara hidup, penampilan yang berbeda, bahasa-bahasa yang berbeda di seluruh dunia? Pertanyaan tentang awal mula, seperti semua pertanyaan dalam biologi, sepertinya sudah dijawab oleh Darwin lebih dari satu abad yang lalu. Dalam buku "The Descent of Man," dia menulis, "Di setiap wilayah besar dunia, mamalia yang hidup mempunyai kekerabatan yang dekat dengan spesies yang punah pada daerah yang sama. Maka kemungkinan besar bahwa Afrika dulunya dihuni oleh kera-kera yang sudah punah yang berhubungan dekat dengan gorila dan simpanse, karena dua spesies tersebut saat ini adalah dua kerabat terdekat manusia, maka kemungkinannya lebih besar bahwa nenek moyang awal kita hidup di Afrika daripada di tempat lain." Nah, kita sudah selesai dan bisa pulang -- pertanyaan asal muasal sudah terjawab. Tapi tidak juga. Sebab Darwin berbicara tentang moyang jauh kita, moyang bersama antara kita dan kera. Cukup jelas bahwa kera berasal dari benua Afrika. Sekitar 23 juta tahun lalu, mereka muncul di catatan fosil. Afrika sebenarnya terpisah dari daratan lainnya pada saat itu, karena pergerakan hebat dari lempeng tektonik, mengapung di sekitar Samudera Hindia. Menabrak Eurasia sekitar 16 juta tahun lalu, lalu terjadi eksodus Afrika pertama, begitulah kita menamakannya. Kera yang pergi saat itu sampai di Asia Tenggara, menjadi siamang dan orangutan. Dan yang tinggal di Afrika berevolusi menjadi gorila, simpanse, dan kita. Jadi, bila anda bicara tentang moyang bersama antara kita dan kera, sudah sangat jelas, dengan melihat catatan fosil, bahwa kita bermula di sini. Tapi itu bukan pertanyaan yang sesungguhnya saya ajukan. Saya menanyakan tentang moyang manusia kita, makhluk yang akan kita terima sebagai makhluk seperti kita bila mereka duduk di ruangan ini. Bila mereka mengintip di atas bahu anda, anda tak akan loncat menghindar, seperti itu. Bagaimana dengan moyang manusia kita? Sebab bila kita mundur cukup jauh, kita punya moyang yang sama dengan semua makhluk hidup di Bumi. DNA mengikat kita semua, jadi kita punya moyang yang sama dengan ikan barakuda dan bakteri dan jamur, bila anda mundur cukup jauh - lebih dari satu milyar tahun. Apa yang kita tanyakan adalah moyang manusia. Bagaimana kita mempelajarinya? Sejarahnya, itu dipelajari dengan ilmu paleoantropologi. Menggali benda-benda dari dalam tanah, dan sebagian besar berdasarkan morfologi -- bagaimana bentuknya, seringkali bentuk tengkoraknya -- "Ini terlihat lebih mirip dengan kita daripada itu, jadi ini pasti moyang kita. Ini pasti moyang yang menurunkan kita secara langsung." Menurut saya bidang paleoantropologi memberi kita banyak kemungkinan menarik tentang moyang kita, tapi itu tidak memberikan probabilitas yang sungguh kita inginkan sebagai ilmuwan. Apa yang saya maksud dengan itu? Anda melihat sebuah contoh yang sangat baik di sini. Ini adalah tiga spesies hominid yang sudah punah, kemungkinan moyang manusia. Semua digali di sebelah barat dari tempat ini di Ngarai Olduvai, oleh keluarga Leakey. Mereka semua berumur hampir sama. Dari kiri ke kanan kita punya Homo erectus, Homo habilis, dan Australopithecus -- sekarang disebut Paranthropus boisei, australopithecine yang kuat. Tiga spesies yang sudah punah, di tempat dan waktu yang sama. Itu berarti tak mungkin ketiganya adalah moyang langsung saya. Mana dari tiga spesies ini yang berhubungan dengan saya? Itu semua kemungkinan tentang nenek moyang, tapi bukan probabilitas yang kita cari. Cara pendekatan yang berbeda adalah dengan melihat morfologi manusia menggunakan data yang baru dimiliki belakangan ini -- sekali lagi, terutama bentuk tengkorak. Orang pertama yang melakukan ini secara sistematis adalah Linnaeus, Carl von Linne, seorang ahli botani Swedia, yang pada abad ke-18 mengerjakannya sendiri, mengkategorikan semua makhluk hidup di planet. Anda pikir pekerjaan anda berat? Dan dia melakukannya dengan cukup baik. Dia mengkategorikan sekitar 12.000 spesies dalam "Systema Naturae." Dia yang mencetuskan istilah Homo sapiens -- artinya manusia yang bijaksana dalam bahasa Latin. Tapi ketika melihat dunia dengan keragaman manusia, dia berkata, "Sepertinya kita punya sub-spesies atau kategori yang berbeda." Dia berbicara tentang orang Afrika, Amerika, Asia, dan Eropa, dan kategori rasis yang secara blak-blakan disebutnya "Monstrosus," yang pada dasarnya mencakup semua orang yang tidak dia sukai, termasuk makhluk khayalan seperti peri. Mudah menganggap bahwa ini mungkin mengandung niat baik namun sebenarnya adalah pemikiran yang sangat kelam dari seorang ilmuwan abad ke-18 yang bekerja di zaman sebelum Darwin. Kecuali, bila anda belajar antropologi fisik paling tidak 20 atau 30 tahun lalu, kemungkinan besar anda belajar klasifikasi yang sama tentang manusia. Ras manusia menurut antropolog fisik sekitar 30-40 tahun lalu -- Carlton Coon adalah contoh paling baik -- telah berpisah satu sama lain -- ini adalah zaman pasca-Darwin -- selama lebih dari satu juta tahun, sejak zaman Homo erectus. Tapi berdasar data apa? Sangat sedikit. Sangat sedikit. Morfologi dan banyak tebak-tebakan. Apa yang akan saya bicarakan hari ini, yang akan saya bicarakan hari ini adalah pendekatan baru untuk masalah ini. Bukannya pergi keluar dan menebak tentang moyang kita, menggali benda-benda dari dalam tanah, kemungkinan moyang, dan mengambil kesimpulan dengan dasar morfologi -- yang kita belum pahami sepenuhnya, kita tidak tahu penyebab genetik yang menyebabkan variasi morfologi ini -- yang kita butuhkan adalah memutar masalahnya. Sebab yang kita tanyakan sebenarnya adalah masalah garis keturunan, atau sebuah pertanyaan genealogis. Apa yang sedang kita coba lakukan adalah membuat pohon keluarga untuk semua orang yang hidup hari ini. Seperti yang akan dikatakan semua genealog -- semua orang punya anggota keluarga, mungkin anda telah mencoba membuat pohon keluarga, melacak mundur ke masa lalu? Anda mulai di saat ini, dengan hubungan yang anda ketahui secara pasti. Anda dan saudara anda punya orangtua yang sama. Anda dan sepupu anda punya kakek nenek yang sama. Anda perlahan melacak lebih dan lebih jauh ke masa lalu, menambahkan semua hubungan yang lebih jauh. Tapi pada akhirnya, tak peduli seberapa hebat anda menggali catatan yang ada, dan semua sumber lain, anda membentur apa yang disebut genealog sebagai tembok bata. Sebuah titik di mana anda tak tahu apapun tentang moyang anda sebelumnya, dan anda masuk ke dunia gelap dan misterius yang kita sebut sejarah yang harus kita rasakan melalui bisikan panduan. Siapakah para pendahulu itu? Kita tak punya catatan tertulis. Hmm, sebenarnya kita punya. Tertulis di DNA kita, di kode genetik kita -- kita punya dokumen sejarah yang membawa kita ke masa lalu sampai ke hari-hari awal spesies kita. Dan itulah yang kita pelajari. Sekarang, penjelasan singkat tentang DNA. Saya menduga tidak semua orang di sini adalah seorang ahli genetika. DNA adalah molekul lurus yang sangat panjang, sebuah kode tentang bagaimana membuat salinan diri anda. Itu adalah cetak biru anda. DNA terdiri dari empat sub-unit: A, C, G, dan T. Urutan sub-unit itulah yang menentukan cetak birunya. Berapa panjangnya? Panjangnya milyaran sub-unit. Genom haploid -- kita sebenarnya memiliki dua salinan DNA di semua kromosom kita -- panjang genom haploid adalah sekitar 3,2 milyar nukleotida. Bila anda menggabungkan semuanya, panjangnya lebih dari enam milyar nukleotida. Bila anda mengeluarkan semua DNA dari satu sel tubuh anda, dan merentangkannya dari ujung ke ujung, panjangnya sekitar dua meter. Bila anda mengambil seluruh DNA dari semua sel di tubuh anda, dan merentangkannya, panjangnya akan mencapai bulan dan kembali lagi, ribuan kali. Itu informasi yang sangat banyak. Jadi, menyalin molekul DNA itu untuk meneruskannya, adalah pekerjaan yang cukup berat. Bayangkan buku terpanjang yang dapat anda pikirkan, "War and Peace." Sekarang kalikan itu dengan 100. Dan bayangkan menyalinnya dengan tangan. Dan anda bekerja sampai larut malam, anda sangat berhati-hati, dan anda minum kopi dan anda sangat menaruh perhatian, tapi kadang, ketika anda menyalinnya dengan tangan, anda akan membuat sedikit typo, sebuah kesalahan mengeja -- mengganti sebuah I dengan E, atau sebuah C dengan T. Beberapa hal terjadi pada DNA kita ketika diwariskan kepada generasi selanjutnya. Itu tidak sering terjadi. Kita punya mekanisme pencari kesalahan internal. Tapi ketika itu terjadi, dan perubahan itu diturunkan melalui generasi selanjutnya, mereka menjadi penanda keturunan. Bila anda memiliki sebuah penanda yang sama dengan seseorang, itu berarti anda memiliki seorang moyang yang sama di satu titik di masa lalu, orang pertama yang memiliki perubahan itu di DNA-nya. Dengan melihat pola keragaman genetik, pola dari penanda-penanda tersebut pada orang-orang di seluruh dunia, dan menentukan umur relatif terjadinya mutasi itu dalam sejarah, maka kita dapat membuat sebuah pohon keluarga untuk semua orang yang hidup sekarang. Ini adalah dua bagian DNA yang sering kami pakai di pekerjaan kami. DNA mitokondrial, melacak keturunan murni di garis ibu. Anda mendapatkan mtDNA dari ibu anda, dan ibu dari ibu anda, terus sampai ke perempuan pertama di spesies ini. Kromosom Y, bagian DNA yang membuat manusia jadi laki-laki, melacak keturunan murni dari garis ayah saja. Semua orang di ruangan ini, semua orang di dunia, masuk sebagai keturunan di salah satu pohon keluarga ini. Meskipun ini adalah versi yang disederhanakan dari pohon yang sesungguhnya, mereka masih cukup rumit, jadi mari kita sederhanakan. Putar mereka, lalu gabungkan sehingga mereka terlihat seperti sebuah pohon dengan akar di bawah dan cabang-cabang yang naik ke atas. Apa pesan yang dapat diambil? Hal pertama yang anda dapatkan adalah bahwa keturunan paling awal di pohon keluarga kita ditemukan di Afrika, di antara orang-orang Afrika. Ini berarti bahwa orang Afrika telah mengakumulasi keragaman mutasi ini lebih lama. Itu berarti bahwa kita berasal dari Afrika. Tertulis di DNA kita. Semua bagian DNA yang kita lihat memiliki keragaman yang lebih besar di Afrika daripada di luar Afrika. Pada suatu titik di masa lalu, sebuah kelompok kecil dari Afrika meninggalkan benua Afrika dan mengisi seluruh penjuru dunia. Kapan terakhir kita mempunyai moyang yang sama? Apakah bermilyar-milyar tahun yang lalu, seperti yang kita duga berdasarkan semua variasi mengagumkan yang tampak di seluruh dunia? Tidak, DNA mengisahkan sebuah cerita yang sangat jelas. Dalam 200.000 ribu tahun terakhir, kita semua memiliki moyang yang sama, satu orang -- Hawa Mitokondrial, anda mungkin pernah dengar tentangnya di Afrika, seorang perempuan Afrika yang menjadi sumber semua keragaman mitokondria di dunia. Tapi yang lebih mengagumkan adalah ketika anda melihat sisi kromosom Y, cerita dari sisi laki-laki, Adam kromosom-Y hidup hanya sekitar 60.000 tahun lalu. Itu cuma sekitar 2.000 generasi manusia, sekejap mata dalam hal evolusi. Ini menunjukkan kepada kita bahwa semua manusia masih hidup di Afrika pada saat itu. Ini adalah seorang laki-laki Afrika yang menjadi sumber semua keragaman kromosom Y di seluruh dunia. Hanya dalam 60.000 tahun terakhir kita telah mulai menghasilkan semua keragaman mengagumkan yang kita lihat di seluruh dunia ini. Sungguh kisah yang mengagumkan. Kita sebenarnya adalah bagian dari keluarga besar Afrika. Itu terlihat sangat baru. Mengapa kita tidak mulai berpisah lebih awal? Mengapa Homo erectus tidak berevolusi menjadi spesies tersendiri, atau bahkan sub-spesies, ras-ras manusia di seluruh dunia? Mengapa sepertinya kita keluar dari Afrika begitu baru? Itu adalah pertanyaan besar. Pertanyaan "mengapa," khususnya di genetika dan studi sejarah pada umumnya, selalu jadi pertanyaan besar, yang sulit dijawab. Ketika semua tidak berhasil, kita bicara tentang iklim. Apa yang terjadi pada iklim dunia sekitar 60.000 tahun lalu? Kita memasuki bagian terparah dari zaman es terakhir. Zaman es terakhir mulai sekitar 120.000 tahun lalu. Dinginnya naik turun, dan mulai bertambah lagi sekitar 70.000 tahun lalu. Banyak bukti dari inti sedimen dan jenis serbuk sari, isotop oksigen, dan lainnya. Kita mengalami glasial maksimum terakhir sekitar 16.000 tahun lalu, tapi sebenarnya, sejak 70.000 tahun terakhir, keadaannya sangat berat, sangat dingin. Belahan bumi utara punya lapisan es yang sangat tebal. Kota New York, Chicago, Seattle, semua berada di bawah lapisan es. Sebagian besar Inggris, seluruh Skandinavia, tertutup es setebal beberapa kilometer. Afrika adalah benua paling tropis di dunia -- sekitar 85 persen berada di sabuk Cancer dan Capricorn -- dan tidak banyak gletser di sini, kecuali di gunung tinggi di Afrika Timur. Jadi apa yang terjadi di sini? Afrika tidak tertutup es. Malahan, Afrika sedang mulai kekeringan pada saat itu. Ini adalah peta paleo-klimatologi yang memperlihatkan Afrika sekitar 60.000 - 70.000 tahun lalu, direkonstruksi dari semua bukti yang saya sebutkan tadi. Alasannya adalah karena es menyerap kelembaban dari atmosfer. Bila anda bayangkan Antartika, sebenarnya itu adalah gurun, hujan sangat sedikit di sana. Jadi seluruh dunia sedang mengering. Permukaan air laut turun, dan Afrika berubah menjadi gurun. Sahara jauh lebih besar dari ukurannya saat ini. Habitat manusia berkurang jadi beberapa kantong kecil saja, dibandingkan apa yang kita miliki saat ini. Bukti dari data genetik adalah bahwa populasi manusia pada saat itu, sekitar 70.000 tahun lalu, jatuh sampai kurang dari 2.000 orang. Kita hampir punah. Kita bergantung pada ujung kuku kita. Lalu sesuatu terjadi. Ini gambaran yang bagus tentang itu. Lihatlah alat-alat batu ini. Alat di kiri dari Afrika, sekitar 1 juta tahun lalu. Alat di kanan dibuat oleh Neanderthal, sepupu jauh kita, bukan moyang kita secara langsung, yang hidup di Eropa, dan mereka berumur sekitar 50.000 atau 60.000 tahun lalu. Meski beresiko menyinggung para ahli paleoantropologi atau ahli antropologi fisik di antara penonton, sebenarnya tidak ada banyak perubahan di antara dua kelompok alat batu ini. Alat di kiri cukup mirip dengan alat di sebelah kanan. Kita mengalami kemandekan budaya yang panjang sejak satu juta tahun lalu sampai sekitar 60.000 sampai 70.000 tahun lalu. Gaya peralatannya tidak berubah banyak. Bukti bahwa cara hidup manusia tidak berubah banyak selama periode itu. Tapi pada 50, 60, 70 ribu tahun lalu, di suatu tempat di daerah tersebut, perubahan besar terjadi. Seni mulai muncul. Peralatan batu dibuat dengan jauh lebih bagus. Ada bukti bahwa manusia mulai fokus pada buruan tertentu pada waktu tertentu dalam satu tahun. Jumlah populasi mulai berkembang. Kemungkinan besar, dari apa yang dipercaya para ahli bahasa, bahasa yang modern, yang punya tata bahasa -- subyek, predikat, obyek -- yang kita gunakan untuk menyampaikan ide kompleks, seperti yang saya lakukan, muncul pada masa itu. Kita menjadi jauh lebih sosial. Jaringan sosial berkembang. Perubahan perilaku ini membuat kita mampu bertahan di keadaan Afrika yang memburuk, dan memungkinkan kita untuk mulai menyebar ke seluruh dunia. Kita telah berbicara di konferensi ini tentang kisah-kisah sukses orang Afrika. Baiklah, anda mau kisah sukses orang Afrika yang paling besar? Lihatlah ke cermin. Andalah itu. Alasan bahwa anda hidup sekarang adalah karena perubahan di otak kita yang terjadi di Afrika kemungkinan di suatu tempat di wilayah yang kita duduki sekarang, sekitar 60 sampai 70 ribu tahun lalu -- memungkinkan kita bukan saja untuk bertahan hidup di Afrika, tapi juga menyebar ke luar Afrika. MIgrasi awal sepanjang pantai selatan Asia, meninggalkan Afrika sekitar 60.000 tahun lalu, mencapai Australia dengan sangat cepat, pada 50.000 tahun lalu. Migrasi yang agak belakangan terjadi ke Timur Tengah. Mereka kemungkinan pemburu padang rumput. Bagi anda yang akan mengikuti tur setelah konferensi ini, anda akan melihat sebuah sabana yang sesungguhnya. Pada dasarnya sabana adalah gudang daging. Orang yang berspesialisasi dalam membunuh hewan-hewan, memburu hewan-hewan di sabana gudang daging, pindah, mengikuti padang rumput sampai ke Timur Tengah sekitar 45.000 tahun lalu, dalam salah satu masa basah yang jarang terjadi di Sahara. Bermigrasi ke arah timur, mengikuti padang rumput, sebab mereka telah beradaptasi untuk hidup di daerah itu. Ketika mereka mencapai Asia Tengah, mereka mencapai apa yang sebenarnya adalah jalan raya-super stepa, jalan raya-super padang rumput. Padang rumput pada waktu itu -- saat itu pada zaman es terakhir -- membentang dari Jerman sampai ke Korea, dan seluruh benua terbuka bagi mereka. Memasuki Eropa sekitar 35.000 tahun lalu, dan akhirnya, satu kelompok kecil bermigrasi melalui cuaca terburuk yang dapat dibayangkan, Siberia, dalam lingkaran Arktik, dalam zaman es terakhir -- suhu udara mungkin sekitar -50 sampai -70 derajat Celcius, bermigrasi ke Amerika, akhirnya mencapai perbatasan terakhir. Sebuah kisah yang luar biasa, dan awalnya terjadi di Afrika. Perubahan yang memungkinkan kita untuk melakukan itu, evolusi pada otak yang dapat beradaptasi dengan baik, yang kita miliki sekarang, memungkinkan kita untuk menciptakan budaya baru, memungkinkan kita untuk mengembangkan keragaman, yang kita lihat dalam perjalanan keliling seperti yang baru saya lakukan. Kisah yang baru saya ceritakan adalah tur keliling dunia tentang bagaimana kita mengisi dunia, penjelajahan besar pada zaman batu oleh spesies kita. Itu adalah kisah yang saya ceritakan beberapa tahun lalu dalam buku saya, "Perjalanan Manusia," dan sebuah film yang dibuat dengan judul yang sama. Saat kami menyelesaikan film itu -- film itu diproduksi bersama National Geographic -- saya mulai berbicara dengan orang-orang NG tentang pekerjaan ini. Mereka sangat tertarik. Mereka suka filmnya, tapi mereka berkata, "Kami melihat ini seperti gelombang baru dalam studi asal-usul manusia, dari mana kita semua berasal, menggunakan DNA sebagai alat untuk memetakan migrasi di seluruh dunia. Studi mengenai asal-usul manusia sebenarnya ada dalam DNA kita, dan kami mau membawanya ke tingkat selanjutnya. Apa yang ingin anda lakukan selanjutnya?" Itu adalah pertanyaan yang sangat bagus yang ditanyakan oleh National Geographic. Saya berkata, "Saya baru saja memikirkan itu. Yang kita punya adalah sketsa kasar tentang bagaimana kita bermigrasi di planet ini. Itu berdasarkan sampel yang kita ambil dari beberapa ribu orang, sangat sedikit dibanding populasi dunia. Kita mempelajari beberapa penanda genetik, dan masih banyak celah di peta ini. Kita baru saja menghubungkan kisahnya. Yang perlu kita lakukan adalah meningkatkan jumlah sampelnya sebanyak 10 kali lipat atau lebih -- ratusan ribu sampel DNA dari orang-orang di seluruh dunia." Itu adalah kelahiran dari Proyek Genografik. Proyek itu diluncurkan pada bulan April 2005. Ada 3 komponen besar di dalamnya. Sains adalah bagian besar di sana. Riset lapangan yang kami lakukan di seluruh dunia dengan penduduk pribumi. Orang-orang yang telah tinggal di tempat yang sama untuk jangka panjang memiliki hubungan dengan tempat tinggal mereka yang sebagian besar dari kita tidak memilikinya. Moyang saya berasal dari Eropa utara. Saya hidup di pantai timur Amerika Utara ketika saya tidak bepergian. Di mana tempat tinggal asli saya? Tidak ada. Gen saya sudah tercampur aduk. Tapi ada orang-orang yang mempertahankan hubungan dengan moyang mereka yang memungkinkan kita untuk menempatkan hasil DNA-nya. Itu adalah fokus dari riset lapangan, inti dari apa yang sudah kami kerjakan di seluruh dunia -- ada 10 orang, ahli genetika populasi terkemuka, Tapi sebagai tambahan kami ingin membuka studi ini pada semua orang di seluruh dunia. Seberapa sering anda berpartisipasi dalam proyek ilmiah besar? Proyek Genom Manusia, atau misi Rover Mars. Dalam hal ini, anda dapat melakukannya. Anda dapat pergi ke situs kami, nationalgeographic.com/genographic. Anda dapat memesan seperangkat alat khusus. Anda dapat memeriksa DNA anda sendiri. Lalu anda dapat mengirimkan hasilnya ke basis data kami, dan memberi tahu kami tentang silsilah anda, dan membuat datanya dianalisis sebagai bagian dari proyek ilmiah. Ini adalah perusahaan nonprofit, jadi uang yang kami dapatkan setelah dipotong biaya pembuatan komponen kit dan pengujiannya, dikembalikan ke proyek itu. Sebagian besar masuk ke sesuatu yang kami sebut Dana Peninggalan. Itu adalah yayasan amal, pada dasarnya yayasan pemberi dana yang memberikan uang kepada kelompok pribumi di seluruh dunia untuk pendidikan, proyek budaya yang mereka mulai. Mereka meminta dana ini untuk melakukan berbagai proyek, dan saya akan menunjukkan beberapa contoh. Bagaimana kabar proyek ini? Kami punya sekitar 25.000 sampel yang dikumpulkan dari orang-orang pribumi di seluruh dunia. Hal yang paling mengagumkan adalah ketertarikan sebagian publik; 210.000 orang telah memesan kit partisipasi ini sejak kami mulai proyeknya dua tahun lalu, dari sana kami mendapatkan lima juta dolar, sebagian besar, lebih dari setengahnya, masuk ke Dana Peninggalan. Kami baru saja memberikan Hibah Peninggalan dengan total sekitar 500.000 dolar. Proyek-proyek di seluruh dunia -- mendokumentasikan puisi lisan di Sierra Leone, menjaga pola anyaman tradisional di Gaza, revitalisasi bahasa di Tajikistan, dsb., dsb. Jadi proyek ini berjalan dengan sangat sangat baik, dan saya mengajak anda untuk mengunjungi situsnya dan melihat proyek ini. Terima kasih banyak. (Tepuk tangan)